Alamut Story - Part 12

Projek Alamut
3 min readDec 15, 2023

--

Fatima : "Benar apa yang baru saja kau dengar. Halima. Anggap itu sebagai pelajaran yang berguna bagimu."

Zainab : "Fatima, kau yang terakhir mendapat pelajaran itu, menurut perhitunganku."

Fatima : "Apakah aku akan dapat meringankan bebanmu dengan mengatakan bahwa pelajaran terakhir yang aku dapatkan leni menyakitkan?"

Zainab : "Omong kosong, kau seharusnya lebih tahu diri dan tahu batasmu."

Fatima : "Baiklah, itu cukup jelas bagiku, sikab terbukaku malah membuatmu marah."

Zainab : "Tidak sedikit pun. Asal kau tahu, sikap aroganmulah yang menjadi pemicunya."

Fatima : "Kecantikanmulah yang memunculkan penghinaan. Kepolosan tidak mampu menghibur."

Zainab : "Apakah yang kau katakan itu ditujukan padaku? Darimu, orang pindahan yang rakus?"

Fatima : "Bagus. Haruskah kita semua memuji makhluk kurus mengerikan sepertimu?"

Zainab : "Bukan karena aku. Aku tidak bisa menahan tawa karena umpatanmu."

Fatima : "Oh, ya? Dan bagaimana seharusnya aku harus bereaksi terhadap pengingkaranmu?"

Zainab : "Kau pikir seranganmu dapat melindungimu dari hinaan?"

"Cukup, Anak-anak," Adi menyela mereka. "Kalian hari ini telah membacakan sajak yang indah dan belajar tentang peribahasa, kalian saling berdebat, saling menyerang, bersaing satu sama lain dan bergumul sepenuh hati, membuat musik yang indah dengan belati terbang. Sekarang lupakan pertengkaran kalian dan berdamailah. Cukuplah kalian belajar dengan baik dan berbicara baik-baik. Kalian berdua pergilah ke ruang makan. Kalian semua juga."

Adi membungkuk dengan sopan dan meninggalkan kelas. Gadis-gadis berhamburan keluar mengejarnya dan menuju tempat makan malam.

Sarapan telah menanti mereka. Semua telah disajikan diatas meja. Makanan-makanan itu dihidangkan kepada mereka oleh tiga Kasim: Hamza, Telha, dan Sohal. Pada saat itu juga, Halima belajar bahwa mereka memiliki tujuh Kasim yang siap melayani. Selain dua guru yang sudah ia kenal, dan tiga Kasim yang melayani mereka, ada juga dua penjaga taman, Moad dan Mustafa. Dapur dijalankan oleh Apama. Hamza, Tela, dan Sohal hanya asistennya. Mereka bertugas membersihkan, merapikan, mencuci, dan memelihara seluruh rumah. Semua Kasim, hidup bersaama dengan Apama di taman-taman yang dipisahkan oleh parit. Para Kasim memiliki tempat tinggal sendiri di sana, sedangkan Apama tinggal di ruma terpisah.

Segala hal itu hanya membuat Halima makin penasaran. Dia tidak berani bertanya kepada Miriam yang muncul di hadapannya. Dia hampir-hampir tidak bisa menunggu sampai dirinya dan Sara sendirian lagi.

Makanan dihidangkan di hadapan Halima sebagai sebuah pesta biasa. Seekor unggas liar panggang yang lezat dengan kaldu yang aromanya menggoda, dihidangkan lengkap dengan berbagai sayuran, crepes dan omelet, keju , roti, serta kue-kue manis dengan buah di dalamnya. Dan sebagai pencuci mulut, dihidangkan beberapa minuman aneh yang membuat Halima bertanya-tanya.

"itu anggur," bisik Sara padanya. "Sayyidina mengizinkan kita untuk meminumnya."

Setelah makan, mereka berdua pergi ke kamar tidur. Halima kemudian bertanya, "Bisakah Sayyidina benar-benar memperbolehkan meminum anggur, sementara Nabi melarang?"

"Dia bisa. Aku bilang dia adalah yang kita hormati setelah Allah. Dia adalah nabi baru."

"Dan kau mengatakan bahwa tidak ada satu kecuali Miriam dan Apama yang telah melihat Sayyidina?"

"Tidak ada yang lain kecuali Adi, rang kepercayaannya. Tapi Adi dan Apama sebenarnya tidak akur. Apama tidak akur dengan siapa pun. Dia sangat cantik ketika dia masih muda, namun kenyataan bahwa semua itu hilang merupakan kenyataan yang pahit baginya."

"Siapa dia, sebenarnya?"

"Stttt… Dia wanita yang mengerikan. Dia tahu semua rahasia tentang cinta, dan Sayyidina membawanya kemari supaya kami semua bisa belajar darinya. Kau akan mendengar semuanya sore ini. Mereka mengatakan ketika dia masih muda cintanya diperebutkan oleh banyak orang."

"Kenapa kita harus belajar begitu banyak hal?"

"Aku tidak tahu pasti, tetapi aku pikir semua ini dilakukan supaya kita bisa disiapkan untuk Sayyidina."

"Bukankah kita seharusnya berada di harem-nya?"

"Mungkin. Tapi sekarang katakan padaku jika kau suka padaku."

Kali ini Halima cemberut. Pertanyaan Sara itu membuatnya marah.

Kenapa dia menanyakan omong kosong seperti itu daripada hal penting lainnya. Halima berbaring di tempat tidurnya, mengatupkan kedua tangannya di belakang kepala, dan menatap Sara duduk di sampingnya dan menatap lekat-lekat padanya. Tiba-tiba, dia membungkuk di atasnya dan mulai menciumnya dengan penuh gairah.

#To-be-continue

Previous | Next

–**Credit**--

Ditulis pada : Jumat, 15 Desember 2023

Halaman : 36 - 38

--

--

Projek Alamut
Projek Alamut

No responses yet