Alamut Story - Part 11

Projek Alamut
2 min readDec 14, 2023

--

Mereka menjawab.
Zulaika : "Aku selalu menjaga matahari dalam pandangan."

Sara : "Dan ikuti arah embun pagi"

Aisha : "Aku akan membantu yatim piatu miskin."

Sit : "Akan menyanyikan lagu-lagu mereka dari setiap rona."

Jada : "Dan menjaga semua catatan itu benar"

Adi mengangguk dengan ramah ke arah Halima dan memberitahunya untuk melanjutkan.

Halima tersipu dan mencoba meneruskannya. "Jadi kau dan aku bisa terbang…"

Dia terjebak dan tidak bisa melanjutkaan.

"Letaknya di ujung lidahku," katanya.

Mereka semua tertawa, Adi mengedipkan mata ke arah Fatima.

"Baiklah. Fatima, tolong bantu dia."

Fatima melengkapi baris kata Halima, "Lalu kau dan aku bisa terbang, kita berdua."

Tapi Halima langsung menolaknya. "Tidak, bukan itu yang aku maksud," katanya. "Tunggu, aku tahu."

Dan, setelah berdehem dia berbicara, "Jadi kau dan aku bisa terbang bersama ke surga."

Kata-katanya disambut dengan ledakan tawa. Wajah Halima merah padam karena marah dan malu. Ia bangkit untuk lari ke pintu, tapi Miriam menghalanginya.

Kemudian gadis-gadis menghampirinya dan mencoba menghibur dan menyemangatinya. Perlahan-lahan Halima menjadi tenang, lalu mengusap air matanya. Adi menjelaskan bahwa seni membuat puisi adalah kemampuan yang hanya bisa dicapai dengan upaya yang berkelanjutan. Ia juga mengatakan bahwa Halima tidak perlu putus asa jika ia gagal saat pertama kali membuat sajak. Adi lalu meminta gadis-gadis untuk melanjutkan membuat sajak, tetapi kebanyakan dari mereka sudah kehabisan sajak. Atas keinginan sendiri, Fatima dan Zainab melakukan semacam dialog.

#To-be-continue

Previous | Next

–**Credit**--

Ditulis pada : Kamis, 14 Desember 2023

Halaman : 35

--

--

Projek Alamut
Projek Alamut

No responses yet