Alamut Stories - Part 9
Dengan begitu, orang tidak akan mencurigaiku, dan ku akan bisa mendapatkan di sisi baik mereka. Dan kemudian mereka akan lebih bersemangat merawatku.
Sara telah membernya teka-teki yang lebih dari cukup untuk membuat pikiranya sibuk. Miriam, yang dia kenal rama dan baik hati, sekarang memiliki sisi misterius. Apa arti ungkapan bahwa dia dekat dengan Sayyidina? Apa daya Apama sehingga dia bisa menjadi orang yang kejam sekaligus diperhitungkan oleh Sayyidina? Dan, si konyol Adi, yang dikatakan Miriam memiliki kepercayaan penuh Sayyidina? Dan yang terakhir, Sayyidina, "guru kita" yang kuat, yang selalu dibicarakan Sara dengan berbisik?
Halima tidak bisa bertahan lama di satu tempat. Dia biasanya akan menggunakan sebuah cara dan mulai menghadapi hal-hal baru. Dia membungkuk untuk melihat beberapa bunga, menakuti beberapa kupu-kupu warna-warni yang bertengger di sana. Lebah pekerja dan lebah berwarna cerah yang diselimuti serbuk sari, berdengung di sekelilingnya. Kumbang dan agas terbang dengan cara yang berbeda, semua menikmati matahari musim semi yang hangat dengannya. Dia sudah melupakan kehidupannya yang sengsara dan perjalanan berliku yang penuh ketakutan dan ketidakpastian. Sekarang hatinya telah dipenuhi nyanyian kebahagiaan dan kegembiraan. Seolah-olah dia benar-benar telah menemukan surga.
Sesuatu bergerak di belukar buah delima. Dia mendengarkan dengan seksama. Terlihat bentuk ramping, kemudian hewan berkaki lentur melompat keluar dari dedaunan. Ini rusa, pikirnya. Hewan itu berdiri diam dan menatapnya dengan mata coklat yang indah.
Halima melawan ketakutan di dalam dadanya. Dia berjongkok dan mulai membisikkannya, sambil secara naluriah meniru penerjemah Alquran yang melafazkan dengan aneh.
"Gazelle, belle kecilku, biar kudengar dirimu mengembik tapi jangan mundur. Kemarilah kaki ramping, kakiku lentur… Lihat, aku tidak bisa melakukan lebih dari itu karena aku tidak belajar seperti Adi. Ayo… Ayo datanglah ke Halima yang muda dan cantik, yang menyukai rusa kecil manis…"
Halima kemudian menertawakan apa yang dia katakan sendiri. Kijang itu melangkah ringan ke arahnya. Moncongnya menjulur ke arah Halimah dan mulai mengendus, menjilati wajahnya. Hewan itu menggelitik Halima dengan senangnya, membuat Halima mulai tertawa dan mereka pun saling dorong dengan riangnya. Hewan itu menyenggolnya lebih kuat, sampai ia tiba-tiba merasa sesuatu yang lain menyentuh daun telinganya dari belakang hingga nafasnya terdengar masuk ke dalam telinganya. Dia memandang sekeliling dengan ekspresi ketakutan. Ahriman berbulu kuning berdiri tepat di sampingnya, dengan ekspresi kelembutan yang tidak kalah dengan si kijang. Halima jatuh kebelakang, nyaris mendarat di tangannya. Dia tidak bisa berteriak dan tidak bisa bangun. Matanya dipenuhi dengan ketakutan. Dia menatap kucing berkaki panjang itu dan menunggunya untuk melompat ke arahnya. Tapi, tentu saja Ahriman tidak berniat menyerang siapa pun. Segera, Ahriman mulai mengabaikannya dan mulai menggoda si kijang. Ia mulai mendengar suara si kijang dengan telinganya atau menjulurkan kepalanya dengan rahang terbuka. Mereka harus saling mengenal dengan baik. Halima kembali mendapatkan keberaniannya dan melingkarkan lengannya di leher Ahriman. Macan tutul itu mulai mendengkur dan menguap seperti kucing rumahan. Halima merangkak ke arah mereka sambil mengucapkan kata-kata manis.
Halima tidak bisa memahami bagaimana macan tutul dan rusa bisa berteman di dunia ini, sedangkan Nabi mengatakan bahwa Allah telah menjanjikan keajaiban itu bagi penduduk surga.
#To-be-continue
Previous | Next
–**Credit**--
Ditulis pada : Selasa, 12 Desember 2023
Halaman : 30 - 31