Alamut Story - Part 17
Api semakin mendekat, sampai akhirnya seorang pria membawa obor yang berkobar-kobar melangkah di depannya.
"Itu Mustafa," kata Sara. "Penjaga Taman."
Mustafa adalah sosok berbadan besar. Moor berwajah bulat mengenakan jubah warna-warni yang hampir menjangkau kakinya dan diikatnya ke pinggangnya dengan tali tebal. Ketika melihat gadis-gadis, ia menunjukkan senyum alami yang manis.
"Jadi, ini adalah burung kecil baru yang kabar tentangnya baru dibawa oleh angin bertiup kemarin," katanya dengan ramah, melihat Halima.
"Betapa kecil dan rapuhnya anak ini."
Sebuah bayangan gelap menari di sekitar obor berkedip. Seekor ngengat besar mulai mengitari api, hampir menyerempet api kemudian melesat bagaikan busur dan menghilang dalam kegelapan. Tapi, kemudian ia kembali dan gerakannya menjadi liar. Hewan itu berputar di sekitar api. Ia semakin mendekat dan mendekat, sampai akhirnya api menyengat sayapnya. Hewan itu bergerak sebelum akhirnya ia terjebak seperti bintang jatuh menyentuh tanah.
"Kasihan," seru Halima. "Tapi kenapa ia begitu bodoh?"
"Allah menganugerahinya keberanian untuk mendekati api," kata Mustafa.
"Selamat malam."
"Aneh." Halima merenung dengan dirinya sendiri.
Mereka kembali ke rumah dan pergi ke ruang tidur mereka, berganti pakaian, dan berbaring di tempat tidur. Kepala Halima seakan berputar karena mengingat acara hari itu. Si konyol Adi dengan kalimat berima, Asad si guru tari bermulut tajam, Apama yang mengajar dengan tegas, Miriam yang misterius, gadis-gadis, dan Kasim. Dan disini, di tengah-tengah semua ini ada seorang Halima, yang sejauh ingatannya memimpikan berada di tempat yang jauh daan mengharapkan sebuah petualangan ajaib.
"Tidak apa-apa," katanya pada diri sendiri dan mencoba untuk pergi tidur.
Tiba-tiba seseorang menyentuhnya ringan. Sebelum dia sempat menjerit, dia mendengar suara Sara berbicara tepat di telinganya.
"Tetap tenang, Halima, jangan sampai membuat Zainab bangung."
Dia naik ke atas tempat tidur, kemudian meringkuk dibawah selimut.
"Sudah kubilang aku tidak menginginkan ini," kata Halima diam-diam. Tapi Sara tetap menghuninya dengan ciuman yang membuatnya merasa tak berdaya.
Akhirnya, ia berhasil membebaskan diri. Sara mulai membujuknya dan membisikkan kata-kata mabuk cinta di telinganya. Halimaa membalikkan, menutup telinganya dengan jari-jarinya, dan langsung tertidur.
Sarar tidak yakin dengan apa yang terjadi dengannya. Merasa bingung, dia kembali ke tempat tidurnya dan kembali tidur.
*
#To-be-continue
Previous | Next
–**Credit**--
Ditulis pada: Minggu, 24 Desember 2023
Halaman: 50 - 51