Alamut Story - Part 15

Projek Alamut
3 min readDec 22, 2023

--

Dia melanjutkan untuk menjelaskan secara rinci apa yang disebutnya sebagai seni adikarya dan pembelajaran. Apa yang dia lakukan membuat leher, telinga, dan wajah Halima memerah karena malu. Namun, dia tidak bisa membantu selain hanya mendengarkan. Rasa ingin tahunya membuat rasa kesemutan menjalar tulangnya. Jika itu hanya dia dan Sara, atau jika hanya bukan karena Miriam, yang menjadi sumber rasa malu terbesarnya, maka ia mungkin merasa bahwa deskripsi Apama adalah sesuatu yang menghibur. Seperti yang ia lakukan selama ini, dia terus melihat ke bawah karena beberapa alasan aneh seperti merasa bersalah dan terlibat dalam menciptakan situasi yang dihadapi.

Akhirnya Apama selesai. Dia meninggalkan kelas dengan penuh rasa hormat dan tanpa mengucapkan selamat tinggal atau bahkan membungkuk. Gadis-gadis bergegas keluar dan pergi berjalan melalui taman dalam kelompok. Sara menempel Halima, yang tidak berani mendekati Miriam.

Tapi Miriam mendekati keduanya atas kemauannya sendiri. Dia melingkarkan lengannya di pinggang Halima dan kemudian menariknya menyusuri jalan di sampingnya. Sara mengikuti mereka seperti bayangan.

"Apakah kau mulai terbiasa dengan cara hidup kami?" tanya Miriam.

"Semuanya tampak aneh dan baru bagiku," jawab Halima.

"Aku berharap itu bukan pertanda tidak menyenangkan."

"Tidak, tidak sama sekali. Aku benar-benar menyukainya. Ada begitu banyak hal yang aku tidak mengerti."

"Bersabarlah, sayang. Suatu saat akan tiba waktunya."

Halima menyandarkan kepalanya di bahu Miriam dan sekilas melihat Sara, sehingga ia harus tersenyum. Wajah Sara terlihat tersiksa kecemburuan.

Jalan itu penuh dengan rerumputan lebat dengan batu-batu di bawahnya. Halima mengamati bahwa kebun itu pastilah dibangun di atas tebing.

Di salah satu sungai berbatu, terlihat beberapa kadal tengaan berjemur. Sinar matahari membuat punggung mereka bersinar seperti zamrud.

"Lihat betapa cantiknya mereka," kata Miriam.

"Ugh, aku tidak tahan mereka. Mereka kejam."

"Kenapa?"

"Mereka menyerang anak perempuan."

Miriam dan Sara tersenyum.

"Siapa yang memberi tahumu, Nak?"

Halima takut mengeluarkan beberapa komentar bodoh lagi, jadi dia menjawab dengan hati-hati.

"Tuanku yang dahulu mengatakan kepadaku, "Berhati-hatilah terhadap anak laki-laki jika mereka melompati dinding dan masuk ke taman, lari dari mereka, karena mereka menyembunyikan kadal atau ular di bawah baju mereka dan mereka akan membiarkannya keluar dari bajunya untuk menggigitmu."

Miriam dan Sara tertawa terbahak-bahak. Sara menatap Halima dengan matanya, sementara Miriam, menggigit bibir, kemudian berkata, "Yah, tidak ada laki-laki yang nakal disini, dan bahkan kadal kami benar-benar lembut dan jinak. Mereka tidak melakukan sesuatu yang jahat kepada siapapun."

Kemudian dia mulai bersiul. Kadal memalingkan kepala mereka ke semua arah, seolah mencari orang yang memanggil mereka.

Halima meringkuk di antara Miriam dan Sara dimana ia merasa lebih aman, dan berkata, "Kau benar. Mereka terlihat cantik."

Seekor kadal menjulurkan kepalanya keluar dari cela di batu dan menjulurkan lidahnya yang bercbang keluar. Halima membeku karena ketakutan. Kepalanya menjulur lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Lehernya menjulur lagi dan lagi. Kemudian, pertanyaan pun terjawab. Sesosok ular besar, kekuningan, yang tertarik oleh siulan Miriam, merangkak keluar dari celah.

Kadal melesat ke semua sisi. Halima menjerit. Dia mencoba menarik Mirim dan Sara pergi, tapi mereka saling berpegang teguh.

"Jangan khawatir, Halima," kata Miriam menenangkannya.

"Hewan-hewan ini adalah teman baik kita. Kami menyebutnya Peri, dan ketika kita bersiul dia merangkak keluar dari lubang kecilnya. Mereka berperilaku baik sehingga tidak satupun dari kita mengeluhkan mereka. Semua yang ada di taman ini saling berteman, baik manusia maupun binatang. Kita terpisah dari seluruh dunia dan sling rukun satu sama lain."

#To-be-continue

Previous | Next

–**Credit**--

Ditulis pada: Jumat, 22 Desember 2023

Halaman: 44 - 46

--

--

Projek Alamut
Projek Alamut

No responses yet